Rabu, 23 Juli 2008

audio visual segi empat

Di suatu kesempatan ketika saya mempunyai waktu cukup banyak untuk beradaptasi dengan audio visual segi empat merasakan rayuan hingar bingar di ruang kamar. Tumpukan CD lima ribuan dan cd player melengkapi sajian atas dirinya. Demi kabel yang melingkar dan berwarna hitam, demi remote dan batre ukuran AAA saya menjelang melalui petang dan bertemu dengan pagi. Berkeberatan untuk menjauhkan dari pikiran, memakan doktrin iklan normative, anti marketing yang membicaakan jika dapat 1 orang melanjutkan ke 26 orang berikutnya. Audio visual segi empat saya jajal dengan uang sebesar Rp 899.000,00 berukuran 21 inchi sependapat dari orang terlalu besar untuk kamar 2,5 x 3 meter per segi, sungguh estetika yang terabaikan atas nafsu angkara murka.

Pixel-pixel mengagumkan, bagaimana bisa bunga sejatinya tumbuh di permukaan ladang dengan unsur hara yang bagus bisa terpindah hak segera tampil di balik flat kaca. Pertempuran 11 orang bertujuan menjebolkan jala lawan bisa secara langsung terlihat, sungguh keajaiban patut di sajikan di zaman sekarang.

Ornamen indah dilantunkan, bukan untuk diamati namun dicermati secara seksama, jika sakit berlanjut hubungi dokter, ini sajakah penggelan kalimat terucap terpaling muncul dan terdengar secara langsung menggerayang di telinga, aneh bukan kepalang bisa muncul 10 sampai 15 kali sepanjang rentetan waktu. Berkat itu pula akomodasi pasien di rumah sakit tak terbantahkan bertiket askes.

Fenomena cowboy ada juga pada audio visual segi empat, goyang ngebor, goyang ngecor, goyang gergaji, goyang patah-patah ini perwakilan dari industri pergoyangan. Pop, rock, dangdut, ini yang sangat dicintai Indonesia. Hitam putih itu dulu sekarang 16 juta warna, bukan menandakan keberhasilan dahulu berkah penemu audio visual segi empat walhasil sekarang hanya penikmat muncul karena kita punya duit dan uang. Dan akhirnya satu kata dasyat !!!!!

Tidak ada komentar: